Loading
Suwarno sulap limbah jati jadi kerajinan bernilai jutaan

Suwarno sulap limbah jati jadi kerajinan bernilai jutaan

NGAWI. Bonggol alias akar pohon jati biasanya hanya menumpuk menjadi limbah. Tapi, di tangan kreatif Suwarno akar pohon jati yang berumur puluhan tahun disulap menjadi beragam produk kerajinan dan furniture berharga jutaan rupiah.  

Eksotis, unik, dan cantik membuat produk buatannya diburu buyer dalam dan luar negeri. Tidak sedikit produk kerajinannya yang mejeng di galeri negara-negara Eropa, Amerika, dan Asia Timur.

Berbeda dengan perajin lainnya, Suwarno hanya memproduksi barang-barang sesuai pesanan konsumen. Dalam sebulan rata-rata produksinya mencapai 100 unit. Untuk memenuhi seluruh pesanan pelanggan, Suwarno dibantu 16 orang karyawan.

Untuk memenuhi kebutuhan bahan bakunya, bapak dua anak ini menjalin kerjasama dengan supplier akar jati yang ada di Ngawi, Jawa Tengah dan Blora, Jawa Tengah. 

Harga setiap produk buatannya dibanderol beragam sesuai tingkat kerumitan dan ukurannya. Misalnya untuk satu set nakas (meja kecil yang biasa ditempatkan di samping tempat tidur) dipatok Rp 5 juta sedangkan satu unit rumah pohon ukuran 2x2 meter persegi dia hargai Rp 30 juta. 

Sayang, dia enggan menyebutkan total nilai omzet yang dikantonginya saban bulannya. 

 

Memilih ekspor lewat broker 

Sudah sekitar 9 tahun Suwarno menjalani profesinya sebagai perajin akar jati. Sebelumnya, dia bekerja sebagai pengukir kayu jati dan perajin kandang burung. 

Asal tahu saja, dulunya Desa Banjarejo merupakan pusat produksi kandang burung. Namun, pada tahun 2000-an satu per satu warga desa beralih profesi menjadi pengukir kayu jati.

 

Kesulitan menjual ukiran jati yang mahal harganya, para perajin memutar otak dan mulai memanfaatkan limbah akar jati.

 

 

Tapi menurut Suwarno, para perajin mengalami kesulitan untuk menjual ukiran jati karena harganya terlalu mahal, sehingga banyak produk milik perajin yang ditumpuk di gudang. Tidak tinggal diam, dia bersama teman-teman perajin lainnya memutar otak untuk membuat asap dapur terus mengepul. 

"Saat itu kami melihat banyak akar jati di sekitar rumah, kami mencoba untuk memotong dan menempelnya menjadi sesuatu seperti bangku, hiasan dinding dan lainnya," ceritanya. Hasil karya mereka tidak langsung dijual melainkan difoto dan diunggah ke dalam media sosial untuk menggaet pelanggan dari dalam dan luar negeri.

Suwarno mengaku saat itu kegiatannya sehari-hari adalah membuat contoh produk kerajinan dari akar jati dan diunggah melalui media sosial seperti Facebook.    

Perlahan namun pasti, pelanggan pun datang satu per satu. Dia mengaku kebanyakan konsumennya adalah broker alias perantara eksportir produk furniture dari Solo dan Yogyakarta.

Tersohor menjadi salah satu perajin akar jati dan disukai buyer internasional tidak membuat Suwarno mau mengekspor sendiri pesanan pelanggan. Alasannya, belum mempunyai alat yang memadai untuk membuat produk sesuai dengan spesifikasi pesanan konsumen. 

"Saya masih belum punya alat pengering serta tenaga kami terbatas untuk memenuhi detail produk yang diminta buyer internasional," jelasnya kepada KONTAN, Kamis (22/2). 

Sehingga, Suwarno pun lebih memilih menyerahkan finishing produk serta pengiriman ke luar negeri kepada perantara yang ada di Solo dan Yogyakarta. 

Bermimpi jadikan Desa Banjarejo desa wisata  

Untuk mengembangkan bisnis, Suwarno bersama-sama perajin lainnya punya cita-cita menjadikan lingkungannya di Desa Banjarejo Kabupaten Ngawi, Jawa Timur menjadi desa wisata industri bonggol jati.

Nantinya para wisatawan dapat melihat secara langsung proses pembuatan kerajinan dan furniture dari akar jati serta menikmati teduhnya bermain di tengah-tengah kebun jati."Saya berencana untuk membuat rumah pohon di sana agar terlihat lebih menarik," tambahnya.  

Suwarno mengaku optimistis konsep desa wisata ini bakal berhasil menarik wisatawan karena lokasi desa yang strategis dan suasana yang mendukung. 

Berdasarkan catatan tim Jelajah Ekonomi KONTAN (JEK), Desa Banjarrejo berada di antara ruas jalan utama Ngawi - Blora. Hamparan kebun jati menjadi teman perjalanan sampai menuju lokasi. Kondisi jalanan dari jalan raya sampai ke desa beraspal mulus dan dapat dilalui kendaraan berukuran besar.

Mewujudkan impiannya, Suwarno bersama teman-temannya telah berkomunikasi dengan pemerintah daerah. Hasilnya, pemerintah daerah  akan mengusulkan untuk membuka gerbang exit tol di Kecamatan Widodaren. Tujuannya, untuk memudahkan akses jalan para pengunjung sekaligus mengundang para buyer datang langsung.

Selain itu, mereka pun akan menggandeng Perum Perhutani sebagai pemilik kebun jati untuk membuka areanya menjadi desa wisata.